Jakarta, faktaonenews.com-
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menggelar aksi demonstrasi skala besar di Kantor Bupati Pati, Jawa Tengah, pada Rabu (13/8) kemarin. Mereka menuntut Bupati Pati, Sudewo, untuk mundur dari jabatannya.
Meski kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250 persen telah dibatalkan oleh Sudewo, massa tetap melanjutkan unjuk rasa.
Aksi tersebut diwarnai ketegangan ketika sejumlah peserta melempar botol air mineral ke arah aparat. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Sekitar pukul 10.45 WIB, massa yang sebelumnya berhadapan dengan aparat di gerbang kantor dewan, berhasil menerobos masuk ke Kantor Bupati dan Gedung DPRD Pati. Awalnya mereka mendesak Sudewo keluar menemui langsung pengunjuk rasa, namun permintaan itu tak dipenuhi.
Kekecewaan memicu pelemparan benda tumpul dan botol air mineral ke arah gedung. Aparat menanggapi dengan semprotan air dari water cannon. Bentrokan singkat pun terjadi.
Tidak lama berselang, massa merangsek masuk ke area gedung dewan. Di dalam, sejumlah fasilitas dirusak, pot tanaman dihancurkan, dan tanah berserakan di lantai.
Bupati Pati, Sudewo, dilempari botol air mineral dan sandal oleh massa saat menemui demonstran di depan Kantor Bupati Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8) sekitar pukul 12.16 WIB. Sebelumnya, Sudewo sempat naik kendaraan polisi dan meminta maaf kepada massa, berjanji akan bekerja lebih baik. Kericuhan membuat ajudannya menangkis lemparan dengan tameng polisi, lalu Sudewo kembali masuk ke kantor.
Aksi ini berujung pada rapat paripurna DPRD Pati yang memutuskan membentuk pansus pemakzulan melalui hak angket. Beberapa fraksi menilai Sudewo melanggar sumpah jabatan, menimbulkan kegaduhan, dan tidak berpihak pada masyarakat, termasuk dalam kebijakan kenaikan PBB yang sempat dibatalkan.
Sudewo menolak mundur dengan alasan dipilih rakyat secara konstitusional, namun menghormati hak angket DPRD. Polda Jateng memastikan tidak ada korban jiwa, meski muncul kabar hoaks adanya korban tewas. Dinas Kesehatan Pati mencatat 64 korban luka, enam di antaranya rawat inap. Polisi menangkap 11 orang diduga provokator, sementara satu mobil dinas provost terbakar dan terbalik. Hingga sore hari, personel keamanan masih disiagakan untuk menjaga kondusivitas.
Penulis: Indri dan Regita